Demam
(febris) adalah suatu reaksifisiologis tubuh yang kompleks terhadap penyakit yang ditandai dengan meningkatnya suhu tubuh diatas nilai normal akibat rangsangan zat pirogen terhadap pengatur suhu tubuh di hipotalamus.
Suhu normal tubuh manusia berkisar antara 36.5-37.2 ˚C. Suhu subnormal yaitu <36.5 ˚C, hipotermia merupakan suhu <35 ˚C. Demam terjadi jika suhu >37.2 ˚C. hiperpireksia merupakan suhu ≥41.2 ˚C. Terdapat perbedaan pengukuran suhu di oral, aksila, dan rectal sekitar 0.5 ˚C; suhu rectal > suhu oral > suhu aksila.
Suhu normal tubuh manusia berkisar antara 36.5-37.2 ˚C. Suhu subnormal yaitu <36.5 ˚C, hipotermia merupakan suhu <35 ˚C. Demam terjadi jika suhu >37.2 ˚C. hiperpireksia merupakan suhu ≥41.2 ˚C. Terdapat perbedaan pengukuran suhu di oral, aksila, dan rectal sekitar 0.5 ˚C; suhu rectal > suhu oral > suhu aksila.
Pengaturan Suhu Tubuh
Setiap
sel dalam tubuh memerlukan energi untuk memelihara struktur dan fungsinya. Energi
tersebut berasal dari makanan yang dikonsumsinya. Dalam kegiatan tubuh
sehari-hari pemakaian energi dapat melalui kegiatan kerja eksternal (kontraksi
otot rangka) dan internal (pemakaian energi oleh seluruh proses biologis di
dalam tubuh). Tidak
semua energi yang didapat dari nutrient dapat digunakan untuk kegiatan kerja
tetapi sebagian akan diubah menjadi energi panas.
Selama proses biokimiawi dalam tubuh hanya 50% energi dari nutrient yang diubah menjadi ATP selebihnya akan hilang dalam bentuk panas. Selama pemakaian ATP oleh sel-sel tubuh, 25% lainnya pun akan diubah menjadi panas. Selanjutnya panas yang terbentuk inilah (produksi panas internal) dan ditambah perolehan panas yang didapat dari lingkungan eksternal tubuh yang membentuk kandungan seluruh panas tubuh (suhu inti tubuh). Bila kandungan panas tubuh melebihi batas toleransi maka tubuh akan berupaya mengeluarkan panas melalui kulit dan penglepasan panas melalui air keringat maupun melalui paru-paru.
Selama proses biokimiawi dalam tubuh hanya 50% energi dari nutrient yang diubah menjadi ATP selebihnya akan hilang dalam bentuk panas. Selama pemakaian ATP oleh sel-sel tubuh, 25% lainnya pun akan diubah menjadi panas. Selanjutnya panas yang terbentuk inilah (produksi panas internal) dan ditambah perolehan panas yang didapat dari lingkungan eksternal tubuh yang membentuk kandungan seluruh panas tubuh (suhu inti tubuh). Bila kandungan panas tubuh melebihi batas toleransi maka tubuh akan berupaya mengeluarkan panas melalui kulit dan penglepasan panas melalui air keringat maupun melalui paru-paru.
Reaksi kimia didalam tubuh diatur oleh katalisator
yang berupa enzim. Enzim umumnya berupa protein. Enzim akan bekerja dengan baik
pada pH dan suhu yang optimal. Pada suhu diatas 42 C enzim akan mengalami
denaturasi, sedangkan pada suhu rendah kecepatan produksi tenaga tidak akan
memenuhi kebutuhan tubuh seperti pada suhu 37 C.
Pengaturan suhu tubuh terjadi secara terpadu di
hipotalamus bedasarkan sinyal yang diterima dari kulit dan suhu inti tubuh. Bila termoreseptor di kulit menerima rangsang dingin
maka neuron yang sensitive terhadap dingin akan meneruskan ke hipotalamus. Bila akumulasi di hipotalamus sudah melebihi batas
minimal yang dapat ditoleransi maka tubuh akan mengadakan adaptasi perilaku,
aktivasi saraf motorik (kontraksi otot rangka seperti menggigil),saraf simpatis
(vasokonstriksi pembuluh darah).
Bila termoreseptor di kulit menerima rangsang panas maka neuron yang sensitive terhadap panas akan diteruskan ke hipotalamus. Bila sudah melebihi batas maksimal yang dapat ditoleransi maka tubuh mengadakan adaptasi perilaku, aktivasi saraf simpatis seperti vasodilatasi pembuluh darah dan merangsang kelenjar keringat.
Mekanisme Demam
Bila termoreseptor di kulit menerima rangsang panas maka neuron yang sensitive terhadap panas akan diteruskan ke hipotalamus. Bila sudah melebihi batas maksimal yang dapat ditoleransi maka tubuh mengadakan adaptasi perilaku, aktivasi saraf simpatis seperti vasodilatasi pembuluh darah dan merangsang kelenjar keringat.
Mekanisme Demam
Tujuan
dari pengaturan suhu adalah mempertahankan suhu inti tubuh sebenarnya pada set
level 37˚C. Demam (pireksia) merupakan keadaan suhu tubuh
meningkat melebihi suhu tubuh normal. Apabila suhu tubuh mencapai ±40°C disebut
hipertermi.
Etiolgi
Gangguan
otak atau akibat zat yang menimbulkan demam (pirogen) yang menyebabkan
perubahan “set point”. Zat pirogen ini bisa berupa protein, pecahan protein,
dan zat lain (terutama kompleks lipopolisakarida atau pirogen hasil dari
degenerasi jaringan tubuh yang menyebabkan demam selama keadaan sakit). Pirogen
eksogen merupakan bagian dari patogen, terutama kompleks lipopolisakarida
(endotoksin) bakteri gram (-) yang dilepas bakteri toksik yang mempengaruhi
pusat pengaturan suhu.
Patofisiologi
Ketika tubuh bereaksi adanya pirogen atau patogen. Pirogen akan diopsonisasi (harfiah=siap dimakan) komplemen dan difagosit leukosit darah, limfosit, makrofag (sel kupffer di hati). Proses ini melepaskan sitokin, diantaranya pirogen endogen interleukin-1α (IL-1α), IL-1β, 6, 8, dan 11, interferon α2 dan γ, Tumor nekrosis factor TNFα (kahektin) dan TNFβ (limfotoksin), macrophage inflammatory protein MIP1. Sitokin ini diduga mencapai organ sirkumventrikular otak yang tidak memiliki sawar darah otak. Sehingga terjadi demam pada organ ini atau yang berdekatan dengan area preoptik dan organ vaskulosa lamina terminalis (OVLT) (daerah hipotalamus). Pirogen endogen ini setelah berikatan dengan reseptornya di daerah preoptik hipotalamus, akan merangsang hipotalamus untuk mengaktivasi fosfolifase-A2 yang selanjutnya akan melepaskan asam arakhidonat dari membran fosfolipid dan kemudian oleh enzim siklooksigenase-2 (COX-2) akan diubah menjdi prostaglandin E2(PGE2).
Ketika tubuh bereaksi adanya pirogen atau patogen. Pirogen akan diopsonisasi (harfiah=siap dimakan) komplemen dan difagosit leukosit darah, limfosit, makrofag (sel kupffer di hati). Proses ini melepaskan sitokin, diantaranya pirogen endogen interleukin-1α (IL-1α), IL-1β, 6, 8, dan 11, interferon α2 dan γ, Tumor nekrosis factor TNFα (kahektin) dan TNFβ (limfotoksin), macrophage inflammatory protein MIP1. Sitokin ini diduga mencapai organ sirkumventrikular otak yang tidak memiliki sawar darah otak. Sehingga terjadi demam pada organ ini atau yang berdekatan dengan area preoptik dan organ vaskulosa lamina terminalis (OVLT) (daerah hipotalamus). Pirogen endogen ini setelah berikatan dengan reseptornya di daerah preoptik hipotalamus, akan merangsang hipotalamus untuk mengaktivasi fosfolifase-A2 yang selanjutnya akan melepaskan asam arakhidonat dari membran fosfolipid dan kemudian oleh enzim siklooksigenase-2 (COX-2) akan diubah menjdi prostaglandin E2(PGE2).
Rangsangan
prostaglandin inilah baik secara langsung atau melalui penglepasan siklik AMP
menset termostat pada suhu yang lebih tinggi.
Hal ini merupakan awal dari berlangsungnya reaksi terpadu sistem saraf
otonom, endokrin dan perubahan perilaku
dalam terjadinya demam. Ketika
demam meningkat (karena nilai sebenarnya menyimpang dari set level yang
tiba-tiba neningkat), pengeluaran panas akan dikurangi melalui kulitsehingga kulit menjadi dingin (perasaan
dingin), produksi panas juga meningkat karena menggigil (termor). Keadaan
ini berlangsung terus sampai nilai sebenarnya mendekati set level normal (suhu
normal). Bila demam turun, aliran darah ke kulit meningkat sehingga orang
tersebut akan merasa kepanasan dan mengeluarkan keringat yang banyak.
Pada
mekanisme tubuh alamiah, demam bermanfaat sebagai proses imun. Pada proses ini,
terjadi pelepasan IL-1 yang akan mengaktifkan sel T. Suhu tinggi (demam) juga
berfungsi meningkatkan keaktifan sel T dan B terhadap organisme patogen.
Konsentrasi logam dasar di plasma (seng, tembaga, besi) yang diperlukan untuk
pertumbuhan bakteri dikurangi.
Selanjutnya,
sel yang rusak karena virus, juga dimusnahkan sehinga replikasi virus dihambat.
Namun konsekuensi demam secara umum timbul segera setelah pembangkitan demam
(peningkatan suhu). Perubahan anatomis kulit dan metabolisme menimbulkan
konsekuensi berupa gangguan keseimbangan cairan tubuh, peningkatan metabolisme, juga
peningkatan kadar sisa metabolism, peningkatan frekuensi denyut jantung (8-12
menit⁻¹/˚C) dan metabolisme energi. Hal ini
menimbulkan rasa lemah, nyeri sendi dan sakit kepala, peningkatan gelombang
tidur yang lambat (berperan dalam perbaikan fungsi otak), pada keadaan
tertentu demam menimbulkan gangguan kesadaran dan persepsi (delirium karena
demam) serta kejang.
Tipe Demam
- Demam Septik. Suhu badan naik ke tingkat tinggi sekali pada malam hari, lalu suhu turun (masih) di atas normal pada pagi hari. Sering terdapat menggigil, berkeringat.
- Demam Hektik. Suhu badan naik ke tingkat tinggi sekali pada malam hari, lalu suhu turun sampai normal pada pagi hari.
- Demam Remiten. Suhu badan dapat turun setiap hari namun tidak pernah sampai suhu badan normal, namun selisih tak pernah sampai >2 ˚C, tidak sebesar penurunan pada demam septik.
- Demam Intermiten. Suhu badan dapat turun beberapa jam dalam 1 hari. Bila demam terjadi tiap dua hari sekali disebut tersiana dan bila terjadi dua hari bebas diantara dua serangan demam disebut kuartana.
- Demam Kontinyu. Variasi suhu badan yang meningkat sepanjang hari dan tidak berbeda lebih dari 1 ˚C. Jika sampai pada tingkat yang lebih tinggi disebut hiperpireksi.
- Demam Siklik. Demam ditandai dengan kenaikan suhu selama beberapa hari, kemudian diikuti periode bebas demam selama beberapa hari yang kemudian diikuti oleh kenaikan suhu seperti semula.
Demam
kadang dihubungkan pada suatu penyakit, misal abses, pneumonia, infeksi saluran
kencing atau malaria; kadang idopatik. Bila
demam disertai dengan sakit otot, rasa lemas, tak nafsu makan, mungkin pilek,
batuk dan sakit tenggorok biasanya digolongkan sebagai influenza (common
cold). Kausa
demam selain infeksi, juga bisa akibat toksemia, keganasan, obat, dan gangguan
pusat pengatur suhu sentral (heat stroke, perdarahan otak, koma). Hal-hal
khusus yang diperhatikan pada demam seperti cara timbul, lama demam, sifat,
tinggi demam, keluhan serta gejala lain demam. Demam yang tiba-tiba tinggi,
mungkin diakibatkan virus.
Demam
Belum Terdiagnosis merupakan keadaan seseorang yang
mengalami demam terus-menerus selama 3 minggu dengan suhu badan >38.3 ˚C dan
tetap belum ditemukan penyebabnya walaupun telah diteliti selama seminggu
secara intensif dengan menggunakan laboratorium dan penunjang medis lainnya.
Demam
Dibuat-Buat (Factitius
Fever) merupakan demam yang dibuat seseorang dengan sengaja dengan berbagai
cara agar suhu badannya melebihi suhu badan sebenarnya.Penatalaksanaan Demam
Demam
dapat dihambat dengan cara memutus rangkaian reaksi yang terjadi mulai dari
pelepasan pirogen endogen dari sel makrofag, monosit, limfosit dan endotel oleh
rangsang pirogen eksogen hingga timbulnya demam. Pemberian
Antipiretik: dari sekian banyak obat yang telah diteliti obat penghambat
siklooksigenase (Cyclooxygenation inhibition/COX) yang cukup bermakna dan
memuaskan sebagai antipiretik.
Obat
OAINS seperti aspirin, metamizol, ibuprofen, nimesulid, diclofenak, ketoprofen,
indometasin dan sebagainya adalah obat yang dapat menghambat enzim
siklioksigenase dak karena itu obat-obat ini dapat digunakan sebagai
antipiretik. OAINS selain menghambat Cox-2 juga menghambat COX-1, sehinga
menimbulkan efek samping terhadap lambung, ginjal dan trombosit.
Dari
sekian banyak obat-obatan antipiretik asetaminofen (paracetamol) adalah paling
aman. Di
jaringan perifer asetaminofen adalah penghambat siklooksigenase-2 yang lemah,
tetapi di otak oleh sistem sitrokrom p-450, asetaminofen ini akan dioksidasi
sehingga memiliki sifat penghambat enzim siklooksigenase-2 (COX-2) yang kuat.
Metode
Fisik: Kompres air hangat-hangat kuku disekitar tubuh diharapkan akan terjadi
vasodilatasi dan perangsangan kelenjar keringat sehingga terjadi penglepasan
panas yang besar.
+ komentar + 2 komentar
ini sumber pathway demamnya dari buku apa yah??
thanks Melyana by our informasi
Post a Comment